opini : curahan hati kepada yang ingin berjuang di kancah PEMILU

Melihat bu walikota surabaya Tri Rismaharini di Metro TV (Mata Najwa), betapa ironinya nasib kita sebagai sebuah bangsa yang bermartabat.
Terpancing pula amarah saya. manakala mendengar bagaimana nuansa prostitusi di kota 'arek-arek Suroboyo' itu dan kendala politik yang dihadapinya saat beliau menjabat di kota surabaya tersebut.
surabaya. Saya tulis dengan huruf s kecil didepan yang menandakan daerah tersebut benar-benar sedang berbenah. Kalau menilik dari sejarah kota Surabaya tempo dulu pasti telah berbanding terbalik dengan kondisi surabaya saat ini. (geleng-geleng).
surabaya, terkenal akan keberaniannya dalam mempertahankan wilayah kedaulatannya sebagai bahagian dari Indonesia Raya, namun yang saat ini terjadi justru benar-benar sebaliknya. Dimanakah keberanian itu ?
Bersyukur, masih banyak orang-orang yang memiliki kekuasaan macam Bu Risma ini yang mau menggunakan kekuasaannya untuk sesuatu yang bermartabat. Bagaimana tidak? Ngeri saya mendengar bagaimana anak-anak gadis ABG menjadi calon-calon PSK yang potensial. Terbesit dalam hati saya, berapa banyak sih uang yang didapat para germo-germo yang tak bermartabat itu? Mengapa mereka rela menggadaikan masa depan satu generasi demi sedikit keuntungan yang tidak abadi.
Pernahkah terpikir oleh mereka, akibat perbuatan mereka (demi masa depan mereka), saat kekuatan tubuh mereka lindap ditelan waktu, saat mereka tak lagi memiliki kekuasaan, apa yang akan mereka dapat dari generasi yang telah mereka ciptakan? Demi Alloh yang menciptakan seluruh makhluk hidup, tidakkah mereka berpikir untuk 20 tahun kedepan negeri ini, bangsa ini atau setidaknya diri mereka sendiri? Ironi. Ini benar-benar bentuk penjajahan baru dimana sang penjajah adalah bangsa sendiri.
Sedihnya lagi, walikota nan tegas ini juga kurang dukungan. Emang sih, beliau mendapatkan banyak penghargaan (salut buat anda), namun alangkah lebih baiknya bila dukungan birokrasi juga turut andil dalam penataan kebijakan di kota surabaya tersebut.
Sempat terbesit prasangka dalam diri saya, apakah ini ada hubungannya dengan kebijakan partai yang ingin mendekati warga yang termarginalkan. Yah, ini sekedar joke aja sih, sebab, beberapa tahun yang lalu sempat terdengar kabar tentang relokasi untuk lokalisasi dijadikan satu tempat saja dari wakil gubernur jakarta, walau tak terdengar lagi kabar selanjutnya.
Saya juga kesal dengan bu Megawati, padahal kader-kadernya 'bagus-bagus' tapi kurang diperhatikan. Kalo boleh ngasih kritik, bu Mega tuh sebenarnya kuat baik dukungan maupun kader yang potensial karena terlihat aksi nyatanya, namun beliau tidak 'arif' dan tidak 'tegas' pada beberapa kader yang membutuhkan ketegasan, maka disitulah letak kekesalan saya.
Menjelang pemilu, dimana satu suara benar-benar sangat dinanti, sehingga diharapkan tidak ada yang golput. Bolehlah para caleg beramai-ramai kampanye mengenai program-program mereka, namun bagi saya, benar-benar saya berminat memilih bila ada caleg yang concern memberantas 3 hal penyebab kemerosotan moral generasi saat ini : prostitusi, dukun dan MIRAS. Nah, satu ini (MIRAS) benar-benar mengkhawatirkan penyebarannya. Kadang, saya temukan, bahkan diwarung-warung, ada yang menjual MIRAS. Polisi seakan menutup mata akan fenomena ini. Dimini market hingga Supermarket tanpa malu menjual berbagai minuman keras tersebut, mulai Star mart hingga Carrefour. Tidak ada pencegahan ataupun kata-kata yang mengingatkan betapa berbahayanya MIRAS, seakan resiko ditanggung sendiri oleh sang peminum, namun bagaimana dengan orang-orang sekitar? Maka jangan heran bila pelecehan seksual terjadi dimana-mana, Seakan ini adalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Naudzubillah...

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)