Benda ajaib ; formalin

Hari ini aku mendapatkan informasi lagi mengenai penyalahgunaan formalin kedalam makanan. Serem juga ya. Nampaknya penggunaan formalin dalam makanan sudah menjadi hal yang lumrah dalam industri makanan. Sudah bukan hal yang luar biasa lagi manakala kita menemukan berita mengenai penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya jika tidak sesuai prosedur ataupun skala yang sudah ditentukan oleh pihak-pihak yang memiliki kompeten dalam masalah ini.
Salah satu berita yang membuat saya jengah adalah ikut-ikutannya para pengusaha kecil menggunakan bahan-bahan kimia pada produknya, sebut saja siomay, otak-otak, jajanan ringan, hingga buah-buahan yang dijual yang katanya selain memakai lilin juga menggunakan formalin. Ngerti sih kalo maksud mereka adalah biar produknya nggak cepat busuk or kadaluarsa so mereka menggunakan bahan-bahan tersebut dengan tujuan mematikan mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan pada makanan. Sedih ya, kita sih mau membantu mereka dengan jalan membeli produk yang mereka jual, setidaknya kita membantu pemasukan mereka. Tapi saudara-saudara; aku jadi bertanya dalam hati, apakah mereka juga peduli dengan kesehatan tubuh para konsumennya? Sampai saya berkelakar dengan adik saya; Dek, kalo lama-lama kayak gini, yakin deh, yang pengusaha tanah kuburan bakal merugi karena mayatnya bakal awet karena didalam tubuhnya telah terkandung kadar formalin berlebih. Tanpa pengawetpun, sepertinya para dokter sudah bisa mengawetkan organ-organ tubuh yang telah terkontaminasi dengan bahan ajaib itu. Begitulah jika benda ajaib digunakan oleh orang yang tak berilmu maka yang terjadi adalah kerusakan bukan? Itulah sebabnya, akan lebih baik jika generasi yang terlahir saat ini mengenal ilmu sains agar mereka bisa memikirkan dampaknya untuk manusia yang lain.
Saya cukup terkejut manakala kelakar saya ditanggapi panas oleh beberapa orang tetangga saya dan saya menebak, mungkin mereka pedagang kali. Jujur saudara-saudara, ketersinggungan mereka tak beralasan dibandingkan dengan dosa akibat imbas perbuatan mereka, ya nggak? Dan terpikir oleh saya, siapa yang memberitahu kelebihan benda ajaib itu kepada para pengusaha kaki lima or produsen makanan kecil lainnya? Tidakkah mereka perhitungkan dampaknya pada kesehatan, pada sosial, pada keberlangsungan generasi yang akan lahir? Melihat hal itu, telah menguatkan asumsiku betapa pentingnya pendidikan di segala status sosial, baik miskin maupun kaya. Karena kurangnya keterampilan, membuat mereka memilih jalan yang curang. Sama curangnya dengan para koruptor. Bedanya para koruptor merusak tatanan ekonomi sosial, sedangkan mereka merusak kesehatan (anugrah terbaik yang diberikan Alloh SWT) tanpa mereka sadari. Dan tidakkah seharusnya mereka interospeksi pada diri mereka sendiri ketimbang menyalahkan orang lain?
Terpikir pula bagiku, karena kurangnya keterampilan mengubah mereka menjadi pencopet, maling, PSK, germo dan profesi negatif yang lain yang baik itu sosial maupun agama sama sekali menganggap itu bukanlah sebuah profesi walau itu mendatangkan uang dan kekuasaan, ya nggak? Tapi, apalah daya, aku tak punya waktu, apalagi dana, pun dengan kesehatanku. Namun aku tetap akan bermimpi suatu saat, akupun bisa merangkul generasi dari kalangan bawah agar tidak menjadi seperti generasi-generasi mereka yang sekarang.

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi saya ; BALADA SATU