Diary, 9 Desember 2011

Pengakuanku

Di blog ini, aku ingin minta maaf pada murid-muridku yang sangat kubanggakan karena kutinggalkan mereka dikelas dengan ketidakhadiranku diantara mereka.
Ini adalah hari kemunduranku. Entah kenapa, di pagi itu, hatiku seperti berkata ; "Aku nggak ingin pergi ke sekolah " dan itu terjadi berulang-ulang dari awal aku bangun hingga hendak berangkat menggunakan bis angkutan umum. Ada apa dengan hari ini ? Padahal, kalau dipikir-pikir, banyak kegiatan yang harus dilakukan hari ini ; koreksian, kisi-kisi, menyusun soal, ulangan harian, dsb. Namun, tak bisa kupungkiri, ketika ada satu perasaan yang menahanku untuk beraktivitas, maka sebagai perempuan, aku memilih panggilan itu walau dari segi akal dianggap kelalaian. Hanya dari pilihanku, aku juga ingin mencari tahu kenapa hatiku berkata seperti itu. Ada yang tahu ?
Kalau melihat dari pilihanku, tentu saja aku harus menanggung konsekuensi sekaligus hasil positif dari pilihanku. Satu hal yang kusesali adalah anak-anak. Bagaimana keadaan mereka ketika dipegang oleh dengan guru lain ? Tentu saja yang paling diuntungkan adalah partnerku karena dia bisa mengembalikan ritmenya, entah dia memang menggunakan kesempatan itu atau nggak, aku berharap anak-anak tetap beretika sesuai dengan koridor yang telah ditentukan.
Ini kemunduranku. Aku nggak menyangka kalau perasaan bisa begini hebat mempengaruhi diriku dalam mengambil keputusan. Entah perasaanku pada penampilanku hari itu, perasaanku pada anak-anak, perasaanku pada pekerjaanku, bahkan perasaanku pada partnerku. Untuk yang satu ini, aku malu pada diriku.
Hari ini aku meluangkan waktu untuk membaca buku harian yang kubuat tahun pertama aku bekerja di institusi sekarang dan aku menemukan bahwa aku begitu terobsesi mendapatkan pengakuan dari beliau. Betapa bodohnya aku.
Aku menjadi seperti dia yang terobsesi dengan temannya yang telah mampu menjadi kepala sekolah saat ini. Dibuku itu juga, aku ingat akan berbagai hal yang telah terlewati. Namun aku bersyukur karena memiliki partner seperti dia karena dia banyak memperhatikan kekurangan-kekuranganku hingga hal yang sangat kecil sekalipun. Dan darinyalah aku belajar bahwa seorang guru tak boleh melakukan pembiaran. Tegas dengan apa yang diucapkan dan yang diucapkan haruslah dipikir masak-masak sebelum menjadi sebuah koridor temperamen untuk mengatur tingkah laku anak didik. Aku pahami hal itu darinya.
Sekarang aku mengerti, sebenarnya aku sendiri mungkin sudah melakukan pembiaran pada ketidakdisiplinan ini sehingga melewatkan banyak hal. Oleh karenanya, anak didikku, mohon maafkan bundamu ini ya.
Sekarang akan kubuat resolusi jangka pendekku. Resolusiku bukan lagi mendapat penghargaan darinya. Yang akan kuperjuangkan sekarang ini adalah aku ingin mendapatkan sertivikasi agar incomeku bertambah dan aku bisa pergi haji or setidaknya angka dibuku tabunganku naik karena pemasukan itu.
Pengakuan yang memalukan ya... Hhahahahhahaa >,<

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)