Diary, 1 Desember 2011

Senangnya hatiku bermain bersama anak-anakku yang hebat dan bersemangat.
Pelajaran hari ini adalah IPS-PKN yang menerangkan materi arah mata angin, denah dan aturan. Bloggers mania, percayalah bahwa bangun pagi itu adalah berkah dimana ide-ide mengalir begitu deras. Setelah air dingin mengguyur tubuhku dan sesudahnya aku melaksanakan shalat Shubuh, kurasakan kesejukan yang teramat sangat baik jasmaniku maupun rohani.
Dalam sensasi yang menyegarkan itu, aku berimajinasi menggunakan permainan yang menggabungkan antara materi denah, arah mata angin dan aturan
Caranya :
Kita membuat sebuah denah lingkungan apa saja (boleh sekolah, rumah, mall), kemudian kita gambar arah mata angin didepan gambar denah tersebut. Setelahnya kita buat aturan.
Permainan yang dilakukan diibaratkan seperti kita mengendarai kendaraan, baik itu mobil atau motor bahkan sepeda, tergantung imajinasi anak. Setelahnya, kita menentukan kepada si pemain (anak didik kita) sebuah tempat yang tidak kita beritahu namun hanya arah mata anginnya saja.
Contohnya ; dalam denah yang kita buat, ada beberapa gang, ada perempatan, ada sekolah, rumah sakit, rumah anak-anak, dsb. Lalu kita minta kepada si anak untuk pergi ke suatu tempat mengikuti arahan yang kita berikan, misalnya Fawwaz bergerak ke arah timur, setelah menemukan perempatan berjalan ke arah utara, lalu kamu akan menemukan sebuah tempat. Beritahu pada bu guru, nama tempat yang kamu kunjungi.
Lalu aturan permainannya ; ibarat para pengendara, maka para pengendara dilarang menabrak batas denah yang telah dilakukan atau mengambil jalur pintas. Mengapa demikian ? Kita minta pada sang anak untuk berpikir.
Benar-benar kenangan yang luar biasa. Memang sih, kebanyakan anak-anak pada was-was untuk mencoba. Mungkin karena kurang PD X, walaupun saya yakin sekali kalo sebenarnya mereka tuh bisa, padahal ini untuk life skill mereka sendiri tentunya. Bloggers mania, saya yakin kelak mereka akan mengerti betapa pentingnya ilmu yang menunjang life skill mereka. Meskipun mereka masih anak-anak, tapi saya akan membiasakan memberi mereka pilihan yang mana ada resiko juga dalam pilihan mereka. Saya ingin mereka bertanggung jawab dengan diri mereka sendiri. Mungkin agak kejam, tapi saya percaya bahwa saya bisa menyampaikan rasa sayang saya pada mereka dengan meng-upgrade materi-materi yang menunjang life skill walau harus diimprovisasi sedemikian rupa. Jadi ada beberapa anak yang saya kosongkan nilainya lantaran bermain atau menghindar ketika dipanggil, walau saya sudah mengatakan resiko yang akan menanti mereka lantaran perbuatan mereka itu. Jadi, meski merasa sedih, aku menguatkan diri untuk tak memanjakan mereka. Aku berharap mereka berubah.

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)