Diary, 29 November 2011

It's a wonderful day. Pagi-pagi bener, aku bangun dan menyandang semangat bahwa aku harus melawan kemalasanku. Aku bertekad untuk masuk setiap hari walaupun ragaku terkadang enggan atau moodku suka membandel dan seenaknya sendiri and .... Aku menang :-) Yeeeeaay, senangnya hati ini. Ini sangat penting untuk pertumbuhan rasa percaya diriku.
Setelah sampai disekolah, berikutnya aku bertekad untuk menang dan mampu menguasai kelas. Haa.. menguasai kelas? Apa pula maksudnya?
Menguasai kelas berarti mampu mengontrol kondisi kelas dan mengarahkannya ke arah yang lebih kondusif. Tekad itu telah tumbuh dan tiba-tiba saja rencana bermunculan di kepalaku. So excited banget pagi-pagi itu.
Setelah selesai melakukan ritual pagi yang dibakukan oleh sekolah (Iqra' , Baca doa, Ikrar, Shalat Dhuha), aku diberi waktu untuk mempersiapkan rencanaku untuk 'menguasai kelas'
So, tanpa ba bi bu lagi, aku pergi ke koperasi memberi segala kebutuhan atau lebih tepatnya senjata perang. Aku membeli 10 cokelat beng beng karena anak-anak sangat suka cemilan tersebut. Rencananya aku akan melakukan kuis mengenai materi hari ini, karena materi hari ini adalah matematika dan bahasa Indonesia dan tema minggu ini adalah pengalaman, maka aku akan bercerita mengenai pengalaman membagikan kue sebelum masuk ke materi pembelajaran, sedangkan matematika, bab yang dipelajari adalah operasi hitung campuran. Hmm, lumayan sulit khan. Dan rumitnya, waktu pembelajaran yang diagendakan untukku adalah setelah jam istirahat.
Memang, pelajaran setelah jam istirahat adalah tantangan yang luar biasa, apalagi untuk anak-anak kelas 3 SD. Rata-rata mereka lebih memilih melanjutkan bermain dibandingkan melanjutkan pelajaran, terlebih lagi jikalau dalam pelajaran hari itu ada matematika. hahhahaha.. sudah berapa banyak alasan yang dikemukakan mereka dalam rangka menunda beberapa menit agar dapat melanjutkan permainan yang mereka mulai saat istirahat tadi.
But, guest what... Hari ini tidak lagi. Pasalnya sebelum belajar dimulai, aku ingin membuat kontrak belajar dengan mereka. Mereka yang membuatnya, aku hanya fasilitatornya. Aku juga ingin agar anak-anak yang 'bermasalah' ikut ambil bagian dalam membuat kontrak belajar berikut konsekuensinya, karena kupikir akan lebih mengena jika mereka sendiri yang membuatnya.
Maka bersiaplah diriku. Dengan berbekal 10 cokelat beng beng dan beberapa permen sisa cemilanku dirumah, kutata bahasa yang akan kubicarakan ke anak-anak. Sebenarnya, aku juga ingin agar partnerku yang merupakan wali kelas utama ikut mendampingiku dalam membuat kontrak belajar, namun disaat itu ada berita yang tak menyenangkan. Salah seorang muridku yang bernama Cerry masuk rumah sakit karena typus dan rumah sakitnya terletak jauh dari sekolah kami. Berhubung berita ini udah lama dan sebagai wali kelas, sudah kewajiban moral bagi kami berdua untuk menjenguknya. Disaat seperti itu, kami berdiskusi, bagaimana sebaiknya mengatasi masalah ini?
Aku sangat ingin menjenguk anak muridku Cerry, karena dia adalah salah satu anak kebanggaanku dan juga termasuk anak yang rajin dan cekatan, namun disisi lain, kami tak punya waktu untuk berangkat bersama. Biasanya acara menjenguk selalu dijam setelah proses pembelajaran selesai yakni jam 1 siang, namun partnerku yang merupakan wali kelas utama ada jam kuliah S2 yang harus ia kejar. Berpikir begitu, maka kami memutuskan agar salah satu dari kami saja yang pergi menjenguk sembari memberikan pesan penyemangat untuk Cerry. Melihat bahwa partnerkulah yang memiliki motor sebagai alat kendaraan pribadinya, maka dengan berat hati, kuijinkan untuk pergi menjenguknya, sedangkan aku diharuskan mengontrol kelas hingga proses pembelajaran berakhir.
Walaupun ditinggal sendiri, bagiku, itu sebuah berkah. Sebab, dengan demikian, aku bebas menentukan seberapa keras atau seberapa lembut diriku dalam mengaplikasikan rencanaku. Jika berhasil, maka insya alloh, kedepannya, kansku dalam mendominasi kelas akan lebih baik, begitupula dengan kekondusifan siswa di kelas.
Mengapa sih, tak dilain hari saja menjenguknya? Well, aku kurang tahu alasannya, dan tidak kutanyakan karena aku yakin partnerku punya pertimbangan sendiri, namun diatas semua itu, aku bersyukur mendapat kesempatan untuk mendominasi kelas dan menerapkan kontrak belajar dengan murid-muridku.
Hatiku bener-bener berdetak kencang menjelang detik-detik bel berbunyi. Pemandangan biasa yang kutemui adalah anak-anak yang baru datang hanya beberapa saja. Lalu, didalam hatiku timbul pertanyaan ; bagaimana kalo mereka menolak? Bagaimana ketika aku sedang membuat kontrak belajar mereka malah asyik bermain dengan diri mereka sendiri ? Apakah aku harus berteriak dan marah-marah? Cukup tegaskah diriku ? Bisikan-bisikan batin yang cukup menggangguku. Segera saja aku berwudhu dan melaksanakan shalat Dhuha. Aku membisikkan sekelumit beban yang menggantung dihatiku dalam doa. Aku pasrah. Namun tetap bertekad ; 'Ya alloh, hari ini aku harus menaklukkan kelas. Bantulah hambaMu'
Dan..... Teeeett, bel tanda istirahatpun berbunyi. Seperti biasa. Hanya ada beberapa orang dalam kelas. Maka dengan langkah tegas kuhampiri mereka dan kuminta mereka meninggalkan permainan mereka. Awalnya mereka menolak dengan manja dan bernegosiasi dengan gaya khas anak-anak ; 'Nanti aja bu, tanggung ni, belum nyetak gol' and 'Lima menit lagi ya bu?'
Namun aku mengatakan bahwa hari ini aku akan mengadakan kuis dan ada reward untuk mereka. Mendengar ada reward, kontan mereka masuk kedalam kelas. Ada juga yang tak tertarik dan tetap asyik dengan permainan mereka, maka dengan tegas aku membuka pintu kelas dan mengatakan 'Jika kalian tak masuk dalam hitungan kelima, ibu akan menutup pintunya dan mengucapkan selamat tinggal pada kalian untuk pelajaran hari ini' and...
Satu... duaaaa... tiga... empat... Beberapa anak mulai menurut, dua orang masih tetap membandel, 'lima... baik, selamat tinggal yang masih ada diluar' sembari menutup pintu kukatakan kalimat itu dan.... berlarilah mereka ke dalam kelas.
Cobaan tidak sampai disitu. Setelah semua berkumpul termasuk 2 orang muridku yang rada bandel. Aku mencoba mengkondusifkan kelas. Belum aku buka mulut, salah seorang murid yang bernama Nibras mulai mencari celah 'Bu, aku mau ke UKS, cape...!' 'Wah, sayang sekali kalau kamu mau ke UKS, karena kita akan bersenang-senang hari ini !' Jawabku cepat. 'Bersenang-senang apaan bu?' serunya. Aku tak menjawabnya, hanya memperlihatkan senjataku saja dia sudah bersiap dikursinya dan meminta teman-temannya untuk duduk di bangkunya masing-masing. "Yes.. kutaklukan si-bosnya" gumamku dalam hati.
Maka kuucapkan salam, kuminta siswa yang bertugas hari itu untuk memimpin doa dan kumulai aktivitasku dengan kuis. 'Siapa yang menjawab soal yang ibu berikan, acungkan tangan, setelah ibu tunjuk dan jawaban benar, ibu akan berikan reward' kataku. Mereka antusias. ' Tiga kali empat..' banyak yang mengacungkan tangan dan memintaku untuk menunjuk mereka. ' 12 ' jawab murid perempuan setelah kutunjuk. ' Tepat, ini reward dari ibu' sambil memberikan permen yang telah tersedia dikantongku. Setelahnya, begitu banyak anak yang berebut untuk menjawab. Sempat ada yang mencuri start dengan menjawab terlebih dahulu sebelum ditunjuk. Ketika jawabannya tepat dan dia tidak ditunjuk, dia protes 'Bu.. jawabanku khan benar ' Aku membatin... "Duh, anak-anak zaman sekarang !" "Boleh ibu ingatkan, diawal kuis, ibu telah menyampaikan bahwa hanya yang ditunjuk dan jawabannya benarlah yang akan ibu beri reward, bukan begitu ?" tanyaku. Dia tersenyum malu-malu. Karena permen yang kupunya cuma ada 5, maka pertanyaanpun kuberikan 5. Selebihnya aku mulai masuk pada pembuatan kontrak belajar.
"Anak-anak, kalian suka nggak kalo kelas kalian nyaman ?" tanyaku. "Suka " sahut mereka. "Bagaimana sih kelas yang nyaman itu ?" lanjutku "Kelas yang enak dipake buat belajar " salah seorang dari muridku menjawab. "Kelas yang nggak berisik" kata merekalagi. "Kelas yang dipake buat main" jawaban yang nyeleneh juga keluar. "Anak-anak, pernah nggak, ibu melarang kalian untuk bermain ?" tanyaku. "Pernah" sebagian mereka menjawab. "Kapan?" tantangku. "Pas waktu pelajaraan" kata mereka. "Kalo pas waktu istirahat?" tanyaku balik. Mereka diam. "Anak-anak, ibu tak pernah melarang kalian untuk bermain, tapi ingat, setiap kegiatan selalu ada waktunya" kataku. "Saat ibu menerangkan namun kalian bermain, kira-kira kalian bakal mendengar nggak informasi yang akan ibu sampaikan ? Sampai nggak informasi ibu ke telinga kalian " ujarku lagi. Walau nadaku lembut, sepertinya ucapanku mengena ke mereka.
"Ya nggak lah bu, soalnya berisik" ujar kebanyakan anak perempuan yang ada di kelasku. "Nah, gimana kalo kita buat peraturan di kelas ini. Kita tentukan mana yang boleh dan mana yang tak boleh kala kita sedang belajar, namun kalian sendiri yang menentukan. Nanti kita namakan aturan kita dengan KONTRAK BELAJAR KELAS 3 " seruku. "Aturannya kayak gimana bu?" tanya beberapa anak. "Aturannya adalah bagaimana agar kelas nyaman seperti tidak berisik, tidak jahil atau yang lainnya ". Dan segeralah kelas itu menjadi seperti ruang DPR ketika bersidang. Satu usul aturan yang seperti ini lainnya menyetujui namun ada pula yang tidak menyetujui. Dan akhirnya diperolehlah lima kesepakatan.
"Nah, kita udah dapet aturannya, sekarang ibu minta kalian membuat konsekuensinya jika ada teman kalian yang melanggar kontrak belajar kita " seruku. Dan kelas menjadi lebih seru dari sebelumnya. Ada yang merasa keberatan atas usul temannya, ada yang mendukung. Aku mencoba menengahi dengan mengatakan "Anak-anak, kontrak belajar dibuat agar kita belajar dikelas dengan nyaman, kalian juga mengetahui apa aja yang dirasa oleh temanmu mengganggu ketika saatnya belajar. Bagi yang merasa dengan adanya konsekuensi, itu berarti, dia yang sering melakukan kegiatan yang tak disukai teman-temannya ketika belajar. Ibu jadi ingin tahu siapa-siapa aja yang berbuat kegiatan yang tidak disukai para temannya " kataku. Ajaib. mereka diam. mungkin termakan kata-kataku. Setelah semua sepakat, maka dirumuskanlah KONTRAK BELAJAR KELAS 3 yang isinya ;
1. Tidak bermain, tidak berisik, tidak jahil ketika belajar
2. Tidak main fisik (berkelahi sesama teman)
3. Tidak teriak-teriak ketika belajar
4. Tidak makan dikelas
5. Bicara secukupnya
6. Tidak mencoret-coret tembok dinding
7. Bermain pada waktunya
Konsekuensi yang akan didapat ketika ada anak yang sudah 3 x diingatkan namun tetap melakukan pelanggaran terhadap kontrak belajar yakni
1. Mengucapkan istighfar 20 x
2. Berlari di luar kelas sebanyak 3 x bolak balik
3. Berdiri di depan kelas 15 menit
4. Mengerjakan tugas tambahan sebanyak 3 halaman
5. Menulis surat-surat pendek

Yang membuatku takjub justru yang banyak mengusulkan konsekuensi adalah anak-anak yang susah diminta fokus ketika pembelajaran berlangsung. Geli juga. Soalnya mereka yang mengusulkan. Kukatakan bahwa hari ini kalian bersama-sama telah membuat kontrak belajar berikut konsekuensinya. Yang tidak melaksanakan berarti tidak menghargai apa yang telah dilakukan oleh teman-teman sekelas kalian sendiri. Dan... subhanalloh, selama pembelajaran berlangsung, kurasakan adanya perubahan. Memang tidak semua berubah, beberapa anak ada yang mendapat peringatan, tapi kenakalan yang biasa terjadi dapat kuredam dengan baik.
Aku bersyukur dalam hati. Ternyata benar, andai kita mau bergerak, sebenarnya solusi permasalahan telah ada dalam diri kita masing-masing. Benar bahwa Alloh SWT tidak akan mengubah suatu kaum hingga kaum tersebut mengubah dirinya sendiri.
Dalam hal ini, aku mencoba membuat kontrak belajar dengan mereka sebagai narasumbernya, dan kurasakan ringannya beban yang selama ini kudapat. Tantangan berikutnya adalah Bagaimana aku tetap teguh menjalankan kesepakatan bilamana ada beberapa anak melanggar kontrak belajar tersebut. Well, harus ada perencanaan sebelum hari berikutnya datang. Aku berdebar-debar menanti datangnya esok.
What a miracle thing.
Di akhir pelajaran, aku memberikan kuis dengan tujuan untuk mengetahui seberapa banyak anak-anak yang sudah mengerti inti dari operasi hitung campuran. Alhamdulillah, dengan dorongan reward dan punishment yang seimbang, aku yakin 80 % anak-anak yang ada didalam kelas sudah memahami konsep yang dimaksud.
Barokalloh.. Terima kasih Ya Alloh atas rahmatMu ini.

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)