Bismillah
Hari ini, izinkan aku untuk berkomentar mengenai foto, sebuah kreativitas zaman yang menurut sebagian orang dapat mengabdikan kenangan masa lalu mereka, walaupun sebagian lagi takut dengan benda berukuran bangun datar tersebut.
Foto adalah sebuah inovasi bagi para pencinta estetika disamping bentuk pengabdian seni atas wujud benda dan fenomena yang ditampilkannya. Bagi para pecinta lensa, kamera adalah ajang pembuktian diri dalam kemampuan berpose dan eksistensi diri. Sebuah fenomena yang sudah lama digandrungi baik di segala umur.
Bagi para pelaku kriminalitas, foto ibarat momok yang menakutkan bagi mereka. Apa hal? Karena itulah bukti nyata andaikan mereka terpotret atau terekam ketika melakukan kegiatan kejahatan mereka.
Bagiku sendiri, foto adalah sebuah bentuk pengukiran dari apa yang terjadi di masa lalu yang tentu takkan mungkin kembali lagi saat ini. Itulah bentuk foto. Aktivitas penyimpanan dalam sebuah momentum yang untuk sebagian orang mungkin menyatakan bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga untuk sesuatu yang disia-siakan.
Foto, walaupun hanya sebuah bangun datar berbentuk 2 dimensi, terkadang dia menyimpan banyak hal yang terkandung didalamnya. Walau hanya sebuah benda mati, tak dapat bicara, namun dapat menggembirakan sekaligus menakutkan bagi banyak orang.
Dibeberapa kasus, foto hanya dapat menggambarkan pemandangan yang terpotret atau terekam saat itu namun tak mampu menceritakan kebenaran yang disembunyikan dari potret tersebut. Ironis memang, namun begitulah penggunaan dari hasil alat optik tersebut. Meskipun terkadang dikatakan bahwa foto atau vidio adalah sebuah hasil yang obyektif,namun masih menurutku tidak mustahil akan menjadi sesuatu yang subyektif tergantung penggunanya, karena, seperti yang kutuliskan sebelumnya, foto hanya menampilkan gambaran yang terjadi saat itu namun tak bisa menceritakan kebenaran yang disembunyikan. Hanya manusia yang menduga-duga dan mengambil keuntungan dari itu.
Mengenai hal itu, aku punya pengalaman menarik yang akan kubagikan pada anda semua, bloggers mania. Anda tahu, di 2 minggu sebelumnya, aku kehilangan kontrol diriku. Kuakui, kemarahan telah merampas ketenangan dalam batinku. Anda tahu, ada rahasia yang tak kuketahui menyangkut diriku, akhirnya kuketahui dari orang ketiga, dan menyebalkannya lagi, rahasia itu sudah lama terjadi dan baru diberitahukan padaku di 2 minggu sebelumnya. Untuk rahasia ini, mohon maaf bloggers mania, aku takkan men-share-nya pada kalian, kuharap permakluman dari kalian. Selama 2 minggu itu, aku bergulat dengan amarahku, kekecewaanku, dan rasa sakit hatiku.
Dasar Kanibal. Predator Jahat. Bisa-bisanya mengambil keuntungan ini sembari merahasiakannya dariku. Aku marah pada sekelilingku. Aku nggak tahu bagaimana caraku mempercayai dan menerima apa yang terjadi. Dasar Kanibal.....!!!!
Kalian tau nggak, kenapa mereka kuanggap kanibal ???
Ada sebuah ayat dimana menyatakan bahwa orang yang menggunjing orang lain dianggap seperti memakan daging saudaranya sendiri. Menjijikkan bukan. Dan ternyata didunia ini ada orang yang seperti itu dan aku menyesal menjadi pedang bagi dirinya tanpa mengetahui apapun. Disatu sisi, aku menyangkal gunjingan yang dialamatkan padaku dan sebenarnya aku tak mengetahuinya hingga saat ini. Maka, benar bloggers mania, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Tau nggak kenapa? Karena fitnah membunuh karakter orang dalam keadaan hidup. Kenapa ada orang macam itu? Dimana hati nuraninya ketika melakukan hal tersebut?
Itulah sebabnya bloggers mania, hanya orang-orang kuat yang bisa selamat dari ujian pembunuhan ini. Dalam mengatasi ini, aku mencoba merujuk pada kisah orang-orang saleh. Semoga Alloh SWT memberikan kesempatan pada diriku untuk membersihkan namaku dari kejahilan dan kebodohan perbuatan orang-orang yang mana (mungkin saat itu) mereka tidak berdaya menghadapi realita yang ada sehingga menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka bahkan jika perbuatan itu menoreh luka yang dalam bagi orang-orang dijadikan tameng atau pedang bagi mereka.
7 tahun telah berlalu. Kini aku baru mengerti, apa arti dari ucapan mereka selama ini. Dan selama 7 tahun ini, aku berada dalam ketidaktahuan yang begitu menjengkelkan jika kuingat lagi. Frustasi, adalah gambaran yang tepat mengenai perasaanku saat ini. Namun untungnya aku dibesarkan dalam lingkungan beragama, sehingga dalam cobaan yang benar-benar berat dalam hidupku, aku masih bisa mengontrol diriku sendiri. Sungguh luar biasanya Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan fitnah. Mungkin, beruntung bagiku dapat merasakan rasa ini didunia yang hanya sebentar ini, walau rasa yang diberikan bukan rasa yang mengenakkan.
Jadilah selama 2 minggu terakhir, dalam masa penolakan itu, aku mengutuk orang yang melakukan ini, tapi aku bukan tipe orang yang menyukai hal tersebut dan sejujurnya aku tak suka punya perasaan seperti ini. Seumur hidup, baru kali ini aku membenci manusia. Namun, aku kembali diingatkan bahwa orang yang sombong didunia salah satu kategorinya adalah orang yang membenci manusia. Tak patutlah aku membenci manusia. Namun sumpah terlanjur kukatakan. Oleh karenanya aku membayar kafarat dari apa yang kulakukan. Aku takut dengan doaku, karena jika kita mendoakan kejahatan maka (mungkin) sebagian kekuatan dari kata-kata itu bisa menimpa diri kita sendiri. Kata-kata itu kuat, hanya manusia yang terkadang menyepelekannya. Apalagi doa. Doa adalah senjatanya orang-orang muslim. Maka aku membayar kafaratku untuk meringankan luka di hatiku. Aku tak ingin punya rasa ini.
Sekarang, dalam masa penerimaan ini, aku hanya berusaha untuk selamat dari fitnah dunia ini. Dari kejahilan orang-orang yang tamak dan haus akan nikmat dunia ini. Mau dengar salah satu celetukanku kepada Tuhanku Alloh SWT ; "Ya Alloh, jangan beri mereka kenikmatan tertinggi yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang saleh dan berbuat kebaikan dengan niat hanya mendapat ridhoMU. Butakan mereka sehingga mereka haus akan nikmat yang dunia tawarkan pada mereka hingga mereka mati tenggelam didalamnya dan tak tersisa apapun dari diri mereka saat mereka berakhir" Itulah yang kuutarakan pada sang Khaliq, namun aku tak mau berakhir seperti itu. Aku tak mau hal itu menimpaku, maka kubayar kafaratku. Andaikan itu terjadi, maka kuanggap itu impas, namun jika tak terjadi, maka aku bersyukur tidak menyakiti mereka.
So, bloggers mania, itulah ceritaku. Hanya itu yang mampu kubagikan pada kalian. Jangan berharap lebih ya. Dalam masa penerimaan sekaligus mencoba lebih baik dari sebelumnya, aku berharap selamat dunia akhirat. Tidak kehilangan nikmat yang kurasakan saat ini dan bersyukur dengan apa yang kumiliki saat ini. Amin.
Hari ini, izinkan aku untuk berkomentar mengenai foto, sebuah kreativitas zaman yang menurut sebagian orang dapat mengabdikan kenangan masa lalu mereka, walaupun sebagian lagi takut dengan benda berukuran bangun datar tersebut.
Foto adalah sebuah inovasi bagi para pencinta estetika disamping bentuk pengabdian seni atas wujud benda dan fenomena yang ditampilkannya. Bagi para pecinta lensa, kamera adalah ajang pembuktian diri dalam kemampuan berpose dan eksistensi diri. Sebuah fenomena yang sudah lama digandrungi baik di segala umur.
Bagi para pelaku kriminalitas, foto ibarat momok yang menakutkan bagi mereka. Apa hal? Karena itulah bukti nyata andaikan mereka terpotret atau terekam ketika melakukan kegiatan kejahatan mereka.
Bagiku sendiri, foto adalah sebuah bentuk pengukiran dari apa yang terjadi di masa lalu yang tentu takkan mungkin kembali lagi saat ini. Itulah bentuk foto. Aktivitas penyimpanan dalam sebuah momentum yang untuk sebagian orang mungkin menyatakan bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga untuk sesuatu yang disia-siakan.
Foto, walaupun hanya sebuah bangun datar berbentuk 2 dimensi, terkadang dia menyimpan banyak hal yang terkandung didalamnya. Walau hanya sebuah benda mati, tak dapat bicara, namun dapat menggembirakan sekaligus menakutkan bagi banyak orang.
Dibeberapa kasus, foto hanya dapat menggambarkan pemandangan yang terpotret atau terekam saat itu namun tak mampu menceritakan kebenaran yang disembunyikan dari potret tersebut. Ironis memang, namun begitulah penggunaan dari hasil alat optik tersebut. Meskipun terkadang dikatakan bahwa foto atau vidio adalah sebuah hasil yang obyektif,namun masih menurutku tidak mustahil akan menjadi sesuatu yang subyektif tergantung penggunanya, karena, seperti yang kutuliskan sebelumnya, foto hanya menampilkan gambaran yang terjadi saat itu namun tak bisa menceritakan kebenaran yang disembunyikan. Hanya manusia yang menduga-duga dan mengambil keuntungan dari itu.
Mengenai hal itu, aku punya pengalaman menarik yang akan kubagikan pada anda semua, bloggers mania. Anda tahu, di 2 minggu sebelumnya, aku kehilangan kontrol diriku. Kuakui, kemarahan telah merampas ketenangan dalam batinku. Anda tahu, ada rahasia yang tak kuketahui menyangkut diriku, akhirnya kuketahui dari orang ketiga, dan menyebalkannya lagi, rahasia itu sudah lama terjadi dan baru diberitahukan padaku di 2 minggu sebelumnya. Untuk rahasia ini, mohon maaf bloggers mania, aku takkan men-share-nya pada kalian, kuharap permakluman dari kalian. Selama 2 minggu itu, aku bergulat dengan amarahku, kekecewaanku, dan rasa sakit hatiku.
Dasar Kanibal. Predator Jahat. Bisa-bisanya mengambil keuntungan ini sembari merahasiakannya dariku. Aku marah pada sekelilingku. Aku nggak tahu bagaimana caraku mempercayai dan menerima apa yang terjadi. Dasar Kanibal.....!!!!
Kalian tau nggak, kenapa mereka kuanggap kanibal ???
Ada sebuah ayat dimana menyatakan bahwa orang yang menggunjing orang lain dianggap seperti memakan daging saudaranya sendiri. Menjijikkan bukan. Dan ternyata didunia ini ada orang yang seperti itu dan aku menyesal menjadi pedang bagi dirinya tanpa mengetahui apapun. Disatu sisi, aku menyangkal gunjingan yang dialamatkan padaku dan sebenarnya aku tak mengetahuinya hingga saat ini. Maka, benar bloggers mania, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Tau nggak kenapa? Karena fitnah membunuh karakter orang dalam keadaan hidup. Kenapa ada orang macam itu? Dimana hati nuraninya ketika melakukan hal tersebut?
Itulah sebabnya bloggers mania, hanya orang-orang kuat yang bisa selamat dari ujian pembunuhan ini. Dalam mengatasi ini, aku mencoba merujuk pada kisah orang-orang saleh. Semoga Alloh SWT memberikan kesempatan pada diriku untuk membersihkan namaku dari kejahilan dan kebodohan perbuatan orang-orang yang mana (mungkin saat itu) mereka tidak berdaya menghadapi realita yang ada sehingga menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka bahkan jika perbuatan itu menoreh luka yang dalam bagi orang-orang dijadikan tameng atau pedang bagi mereka.
7 tahun telah berlalu. Kini aku baru mengerti, apa arti dari ucapan mereka selama ini. Dan selama 7 tahun ini, aku berada dalam ketidaktahuan yang begitu menjengkelkan jika kuingat lagi. Frustasi, adalah gambaran yang tepat mengenai perasaanku saat ini. Namun untungnya aku dibesarkan dalam lingkungan beragama, sehingga dalam cobaan yang benar-benar berat dalam hidupku, aku masih bisa mengontrol diriku sendiri. Sungguh luar biasanya Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan fitnah. Mungkin, beruntung bagiku dapat merasakan rasa ini didunia yang hanya sebentar ini, walau rasa yang diberikan bukan rasa yang mengenakkan.
Jadilah selama 2 minggu terakhir, dalam masa penolakan itu, aku mengutuk orang yang melakukan ini, tapi aku bukan tipe orang yang menyukai hal tersebut dan sejujurnya aku tak suka punya perasaan seperti ini. Seumur hidup, baru kali ini aku membenci manusia. Namun, aku kembali diingatkan bahwa orang yang sombong didunia salah satu kategorinya adalah orang yang membenci manusia. Tak patutlah aku membenci manusia. Namun sumpah terlanjur kukatakan. Oleh karenanya aku membayar kafarat dari apa yang kulakukan. Aku takut dengan doaku, karena jika kita mendoakan kejahatan maka (mungkin) sebagian kekuatan dari kata-kata itu bisa menimpa diri kita sendiri. Kata-kata itu kuat, hanya manusia yang terkadang menyepelekannya. Apalagi doa. Doa adalah senjatanya orang-orang muslim. Maka aku membayar kafaratku untuk meringankan luka di hatiku. Aku tak ingin punya rasa ini.
Sekarang, dalam masa penerimaan ini, aku hanya berusaha untuk selamat dari fitnah dunia ini. Dari kejahilan orang-orang yang tamak dan haus akan nikmat dunia ini. Mau dengar salah satu celetukanku kepada Tuhanku Alloh SWT ; "Ya Alloh, jangan beri mereka kenikmatan tertinggi yang hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang saleh dan berbuat kebaikan dengan niat hanya mendapat ridhoMU. Butakan mereka sehingga mereka haus akan nikmat yang dunia tawarkan pada mereka hingga mereka mati tenggelam didalamnya dan tak tersisa apapun dari diri mereka saat mereka berakhir" Itulah yang kuutarakan pada sang Khaliq, namun aku tak mau berakhir seperti itu. Aku tak mau hal itu menimpaku, maka kubayar kafaratku. Andaikan itu terjadi, maka kuanggap itu impas, namun jika tak terjadi, maka aku bersyukur tidak menyakiti mereka.
So, bloggers mania, itulah ceritaku. Hanya itu yang mampu kubagikan pada kalian. Jangan berharap lebih ya. Dalam masa penerimaan sekaligus mencoba lebih baik dari sebelumnya, aku berharap selamat dunia akhirat. Tidak kehilangan nikmat yang kurasakan saat ini dan bersyukur dengan apa yang kumiliki saat ini. Amin.
Comments