Hallo semua....
Apa kabarmu ? Semoga selalu dalam lindunganNya... Amin...

Hari ini aku ingin sedikit jahil untuk beropini seputar fenomena kehidupan orang-orang terkenal. Yah, walaupun beropini, aku juga akan menyinggung sedikit soal pembelajaran.
Pasti semua sudah tahu mengenai gosipnya Ayu Azhari khan! Sayang ya...! Sungguh kasihan ngelihat ibu dan anak sama-sama bertengkar dan pertengkarannya menjadi konsumsi sebagian orang-orang. Kasihan gitu, kok aib keluarga diumbar-umbar...
Kasihan melihat hubungan antara axel dan ibunya. ternyata, orang kaya itu tidak semuanya kaya, maksudnya, bahkan harmoni dalam sebuah keluarga tidak sepenuhnya dimiliki oleh keluarga kalangan "high class". Ckk ckk ckk.....
Duh, sungguh beruntungnya diriku.

Begitulah, jika hidup hanya dilandaskan materi. Bahkan kebahagiaan sejatipun kadang tidak terlihat karena kedahsyatan suatu materi. Yah... siapa sih yang nggak suka sama uang. Hanya saja, hanya orang-orang picik sajalah yang melandaskan kehidupannya pada uang.. uang.. dan uang. Aku juga nggak munafik bahwa aku juga membutuhkan uang, namun tetap pada kadarnya, karena aku sendiri mengetahui ada prinsip-prinsip yang membuatku tidak diperbudak oleh duit.

Ini adalah suatu fenomena bagi orang-orang yang menempatkan duit diatas segala-galanya, atau bahkan menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk mendapatkan hal tersebut. Ada yang mengatakan ; yang menabur benih akan menuai hasil yang ditanamnya. Jika seseorang bekerja dengan cara-cara yang tidak halal pastilah akan mendapatkan karmanya. Dalam kasus ini, aku cukup malu dengan tindakan Axel yang memperkarakan bundanya sampai ke meja hijau. Padahal dalam agama, kita (umat muslim) harus berlaku baik pada bundanya, bahkan berkata "ah" pun dilarang. Disatu sisi, aku juga heran dengan sikap sang bundanya yang terlalu cenderung dengan gemerlapnya dunia kalangan "high class". Jelas untuk bergaul dengan kalangan "high class" diperlukan modal yang banyak. Bahkan, mungkin 1 trilyun pun takkan cukup untuk sekedar memenuhi rasa gengsinya. (Bersyukur aku bukan orang seperti itu). Hanya muslim muslimah yang berpendirian kuat dan mendapat hidayah yang bisa selamat dari tekanan ini.

Sebenarnya semua orang bisa selamat dari fitnah dunia ini manakala mereka tidak menyepelekan ilmu agama yang sudah menjadi tradisi bagi kita, orang timur. Namun, seiring berjalannya modernisasi, (kalian tahu) bahkan dalam sejarah disinggung bahwa pesantren atau pondokkan itu hanya untuk orang-orang kuno dan kolot. Sebegitu rendahnya instansi pendidikan itu sehingga diibaratkan yang masuk ke pondok atau madrasah adalah orang-orang yang bermasalah, buangan bahkan produk gagal. (atau istilahnya bengkel akhlak). Pada zaman itu, hanya orang-orang yang bisa baca, matematika, mengetahui ilmu pasti dan ilmu-ilmu dari barat yang dianggap mampu menggenggam dan menggerakkan dunia, yang akan memajukan pergerakan zaman. Yah, pemikiran itu tidak sepenuhnya salah sih, zaman memang semakin maju, barang2 yang diproduksi juga semakin canggih, namun penyakit masyarakat pun semakin menjadi. Fenomena-fenomena yang dulu sangatlah kabur (diibaratkan seperti dongeng),sekarang nampak nyata. Seseorang yang mendapatkan ilmu pengetahuan tanpa dibarengi pengetahuannya akan nilai-nilai agama membuatnya menjadi seorang kapitalis, egois, dan bahkan bisa mengarah pada ....

Mungkin, mereka yang menjadi gosip saat ini adalah produk dari wacana yang kutuliskan di atas. Sebab, banyak kalangan "high class" menilai kalau produk keluaran pesantren adalah produk nomor dua yang akan dipilih dalam dunia kerja. Pada kenyataannya, begitu banyak perusahaan yang mencari pegawai yang jujur, normatif, dan sarat akan sifat-sifat baik. Emang siapa sih yang mau ama orang pintar namun penuh dengan tipu daya dan dusta. Pastinya setiap hari kita ketar ketir dan hati kita jadi tidak nyaman.

Sungguh, hanya orang-orang yang sudah mengenal ilmu agama akan mampu meng-counter semua ajakan negatif yang berasal dari luar, karena akal, hati dan pikiran telah mengenal nilai-nilai agama tersebut dan tentu saja berpengaruh dalam mengambil setiap keputusan. Berbeda halnya dengan saudara-saudari yang sama sekali tidak kenal ilmu agama (atau tidak dikenalkan sama sekali akan ilmu agama). Duh, sungguh kasihan !
Bisakah dia mengcounter pengaruh buruk dari luar?

Yah.. memang, nggak semua muslim dan muslimah bersikap baik, bahkan ikut terlibat dalam banyak hal-hal negatif. Setan selalu menggoda iman seseorang termasuk orang yang berilmu. Maka tak heran, jika terkadang orang yang lulusan pesantren pun berbuat khilaf, namun tetap perbuatan khilafnya berada pada taraf yang minim, karena dia tahu konsekuensi akan perbuatannya karena hatinya telah mengenal ilmu tersebut. Berbeda dengan orang yang tidak kenal ilmu. Maka, jangan lagi ilmu agama menjadi ilmu nomor dua, karena dengannyalah kita bisa meng-counter segala hal yang bisa merusak diri kita sebagai manusia tanpa kita sadari.

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)