Opiniku ; Tragedi di halte tugu tani

Berita mengenai tabrakan di sebuah halte yang terletak tak jauh dari tugu tani membuat semua orang terhenyak. Pasalnya dalam tabrakan itu, tak kurang dari 9 orang harus merelakan nyawanya dan pergi menghadap sang Khalik. Tak pelak, aksi ini mengundang begitu banyak reaksi yang beragam.
Menurutku, Indonesia merupakan negara yang masih mengandung adat ketimuran, walaupun budaya barat telah menggerus tak sedikit adat-adat ketimuran (yang tadinya tabu sekarang menjadi biasa-biasa saja), namun tak dapat disangkal, bahwa sikap toleransi dan tolong menolong telah mengakar dalam budaya bangsa kita.
Reaksi beragam mencuat, mulai dari mengecam aksi sang pelaku, tabur bunga hingga doa bersama di TKP (Tempat Kejadian Perkara), imbasnya juga beragam, mulai dari yang negatif seperti jalanan macet hingga yang positif yakni tambahan rejeki bagi para pengusaha kaki lima.
Namun, bagiku, opiniku, mungkin sedikit berbeda dengan teman-teman sesama bloggers, karena aku mencermatinya dari sisi ilmuku (baik agama maupun sosial), dan ada sedikit kekhawatiran dari diriku melihat reaksi masyarakat yang bagiku terkesan berlebihan dalam melakukan ritual keagamaan.
Saya khawatir akan budaya musyrik lantaran momentum yang didapat dari kejadian ini. Banyak hal yang ditemukan ditempat tersebut seperti makanan kecil yang diletakkan begitu saja setelah pelayat selesai berdoa (baca ; http://www.detiknews.com/read/2012/01/27/164532/1827385/10/doa-wanita-tua-dan-makanan-ringan-misterius-di-lokasi-xenia-maut) atau melakukan ziarah dengan cara yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, belum lagi ajang mengecam seseorang karena aksinya. Apakah ini benar-benar gambaran Islam di Indonesia saat ini ? Ataukah ini gambaran nyata dari sebuah kata yang bernama degradasi iman ?
Mungkin ini hanya prasangka saya dan saya berharap 100 % saya salah. Saya khawatir, momentum seperti ini dijadikan alat untuk bisnis klenik seperti yang digambarkan dalam PPT 5 (Para Pencari Tuhan Jilid 5) yang mana pak RT menjadikan kuburan Baha menjadi tempat ziarah kramat, bukankah itu menjurus pada musyrik, suatu hal yang jelas-jelas dilarang Alloh SWT dan dosa besar bagi yang mengerjakannya. Tapi, seperti yang saya tuliskan sebelumnya, mudah-mudahan 100 % saya salah.
Pun halnya dengan hiasan-hiasan di sekitar tempat kejadian perkara. Saya pernah mendengar dari ustadz saya bahwa tidak diperkenankan seorang muslim menghias kuburan atau bermegah-megahan dalam membangun sebuah kuburan (dalam hal ini membuat bangunan untuk sebuah makam). Bahkan fotopun tidak dipajang di nisan orang-orang muslim (mungkin ada hikmah yang belum kita ketahui mengenai hal ini). Mengingat hal tersebut, otak saya tergelitik untuk bertanya, bagaimana dengan apa yang dilakukan dalam doa bersama, yang menghias halte tersebut. Well, mungkin semua kembali kepada niat yang melakukan, dan seperti yang trtulis sebelumnya, saya berharap 100 % bukan itu niat saudara-saudara seAdam saya melakukan ritual itu.
Ada beberapa reaksi yang bagi saya cukup positif, contoh doa bersama (baca : http://www.tribunnews.com/2012/01/24/ratusan-siswa-sd-berdoa-untuk-korban-tugu-tani)
Disalah satu page yang saya baca ini, saya bersyukur karena ada nilai edukasi dan nilai preventif untuk kedepannya bagi generasi berikutnya. Saya juga setuju bahwa momentum ini adalah saat yang tepat untuk kembali meninjau langkah kita pada arus transaksi narkoba dan miras, bukannya menjadi ajang menggunjing atau ghibah.
Semoga tulisan ini dapat memberikan gambaran yang lain dari sisi yang lain. Tak ada salahnya untuk bertoleransi dengan berdoa bersama, namun sebagai muslim, saya benar-benar berharap agar setiap langkah kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan sesuai dengan ajaran agama. Meskipun demikian, kekhawatiran saya sedikit dapat saya tekan. Pasalnya, lokasi itu dekat dengan 2 lembaga yang memegang hak veto untuk masalah keagamaan yakni Departemen Agama dan Masjid Istiqlal. Oleh karenanya, dalam tulisan ini, saya menghimbau agar mereka mengawasi kegiatan-kegiatan keagamaan agar masyarakat tak terjebak dengan bahaya musyrik.

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)