10 November 2010

Jika berbicara mengenai pahlawan, maka aku akan berbicara mengenai guru, sosok pahlawan tanpa tanda jasa.
Pada zaman Renaissance, guru termasuk kategori high class, kaum nomor 2 setelah bangsawan yang cukup dihormati dan disegani dalam kultur sosial mereka.
Pada masa Oemar Bakrie, guru mendapatkan sedikit apresiasi yang ditandai dengan sedikitnya penghasilan yang mereka terima, namun alhamdulillah di masa sekarang, penghargaan yang diberikan pemerintah sangat bagus, sehingga saat ini, guru dilirik sebagai sebuah profesi yang cukup menjanjikan.
Namun, bagiku, guru mempunyai arti tersendiri. Guru adalah sosok pahlawan yang mampu membebaskan anak cucu adam dari kejahiliyahan. Darinyalah ditransfer berbagai macam ilmu sehingga manusia memperoleh bekal untuk menjalani hidupnya hingga akhir hayat. Secara tak langsung, guru termasuk perantara dalam menyampaikan kandungan ayat-ayat ilahi, sehingga manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Jika para pahlawan membebaskan kita dari penjajahan, maka guru adalah para pahlawan yang membebaskan kita dari kebodohan. Terbayangkah oleh kalian, jika didunia ini, manusia yang memiliki ilmu tidak mau mentransfer ilmunya. Yang pasti akan terjadi adalah kita akan mundur ke masa primitif, dimana tidak ada kemajuan sama sekali, dimana orang akan hidup sendiri-sendiri. So pasti, hidup yang seperti itu sangatlah tidak menyenangkan.
Sosok guru yang menginspirasiku adalah Pak Sofyan, guru fisika saat aku masih mondok di Garut. Darinyalah aku belajar arti sebuah keikhlasan. Perjuangannya sebagai guru yang dibayar kecil saat itu, namun tetap konsisten dan memegang teguh komitmennya sebagai guru, telah mengantarkannya memenangkan hatiku dan membuatku memilih jalan ini. Bayangkan, padahal beliau termasuk guru elit yang bekerja di sebuah sekolah favorit negeri terkemuka, namun tetap eksis di sebuah pondok pesantren kecil yang dahulu belum dianggap modern itu. Namun beliau tidak membedakan kadar perjuangannya, baik untuk sekolah negeri favorit maupun pondok pesantren kecil. Ah, beliau memang orang yang besar menurutku. Walaupun namanya tidak dikenal banyak orang, namun perjuangannya mampu menginspirasiku sehingga memilih jalan ini.
Namun satu hal yang pasti teman-teman. Tanpa guru, maka tidak ada kemajuan. Tanpa guru, manusia tidak akan mampu untuk stabil dalam menjalani kehidupannya. Sama pentingnya antara guru umum dengan guru agama. Guru yang mengajarkan mata pelajaran umum membuat kita mampu beradaptasi dengan lingkungan yang serba modern saat ini. Darinyalah kita terhindar dari kecurangan manusia-manusia yang ingin untung sendiri. Kebayangkah oleh teman-teman, jika seseorang tidak mengenal matematika, maka dia tidak dapat berhitung, walhasil, dia akan menjadi bulan-bulanan para penipu yang menginginkan keuntungan semata. Sama pula dengan guru agama, ketika manusia tidak mengenal esensi-esensi kebenaran dalam agamanya, maka dia akan menjadi bulan-bulanan bagi nafsunya sendiri.
Ilmu adalah counter bagi manusia untuk mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar. Tanpa ilmu, manusia tak ubahnya seperti binatang. Maka bersyukur teman-teman yang telah memilih guru sebagai sebuah pengabdian dalam menjalani kehidupan ini, karena kita diberi tugas yang berat, mentransferkan ilmu kepada generasi-generasi yang akan menjadikan negeri ini, apakah akan lebih baik ataukah lebih buruk. Umum dan agama sama-sama penting, yang membedakan adalah perjuangannya dalam menyampaikan amanah tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Tasawwul (Meminta-minta)